Dusseldorf- Mikiran Yayat
Curah hujan yang tinggi akhir-akhir ini membuat produktivitas kopi terhambat. Pasokan kopi dari petani kopi turut tersendat. Akibatnya harga kopi di pasaran semakin melambung tinggi. Berkurangnya pasokan kopi dirasakan juga akibatnya oleh para produsen kopi luwak. Kopi yang dihasilkan dari fermentasi biji kopi yang dimakan dan melewati pencernaan luwak ini semakin langka didapatkan di pasaran. Salah seorang produsen kopi luwak - Icuk Sujatmiko- mengeluhkan kondisi tersebut. “ Kopi luwak sedang langka di pasaran karena kopi yang jadi kadaharan luwak sedang susah didapat..” ujar pria yang menekuni bisnis kopi turun temurun dari keluarga ini. Sempat terpikir oleh Icuk untuk mensiasati mengganti makanan luwak dari biji kopi menjadi biji nangka. Namun niat itu diurungkan karena ternyata tidak semua yang keluar dari bujur luwak itu akan otomatis menjadi kopi. “ Setelah saya coba kasih siki nangka ternyata yang keluar tetap siki nangka. Dikasih siki kadongdong yang keluar tetap siki kadongdong. Yang agak mengherankan adalah ketika luwak dikasih makan suuk ternyata yang keluar seperti bumbu lotek, namun aromanya tercium lebih hangit..” tambahnya. Disamping itu Icuk tidak mau menghancurkan kredibilitas bisnisnya yang sudah dikenal sebagai produsen kopi berkwalitet hingga ke mancanegara sampai ke Mancagahar. Bahkan dia mengaku nama Icuk Sujatmiko yang diberikan orang tuanya itupun mempunyai kaitan erat dengan kopi. “ Nama Icuk Sujatmiko itu kependekan dari Icuk-icuk SUdah ngoreJAT MInum KOpi..” akunya. Mengenai kelangkaan kopi luwak di pasaran yang merepotkan bagi kalangan penikmat kopi, Icuk memberi saran ; “Jangan nyari kopi luwak di pasaran. Karena Pasaran mah paragi ngagotong mayit. Carilah kopi di warung kopi terdekat di lembur anda..” sarannya.
Kelangkaan kopi luwak dirasakan juga imbasnya ke negeri Jerman yang dikenal sebagai penggila kopi. Lukas Podolski, seorang warga Jerman pemain sepakbola terkemuka yang menjadi andalan tim nasional Jerman turut merasakan kesulitan tersebut. Podolski merupakan salah satu partner bisnis Icuk Sujatmiko yang membuka cabang sendiri di Jerman. “ Untuk bekal di hari tua maka saya menggeluti bisnis ini.” terang Podolski kepada wartawan Mikiran Yayat disela-sela launching brand kopi luwak miliknya di stadion ‘Sich Jalachktung Harupachtung’ - Berlin, yang berjarak sekitar dua tololeun hulu dari gerbang tembok Berlin. “ Pernah saya mencoba bisnis maklun kaos dan sablon berpartner dengan teman saya di Jalan Suci Bandung, namun gagal karena saya kurang ahli dalam ngagesut lekel sablon. Akhirnya saya mencoba menggeluti bisnis kopi ini, ternyata hasilnya sangat menjangjikan..” ujar Podolski. “ Menjangjikan teu puguh a-ambeuan kanu irung..” lanjutnya sambil mencet liang irung.
Tak ingin masalah kelangkaan kopi luwak ini berlanjut, Podolski mencari cara agar produksi kopi luwak tetap berjalan stabil. Ia berpendapat pola petani kopi di Indonesia perlu di modernisasi dengan sentuhan teknologi. “Perlu dibuat sistem untuk menjaga pasokan kopi luwak tetap terjaga dengan baik. Saya sudah menemukan metode agar luwak produktif menghasilkan kopi.” Podolski menambahkan ia menggunakan metoda ngawewelkeun kopi ka mulut luwak. “Daek teu daek dahar, wewelkeun weh.. Setelah itu kasih obat pencahar Dulcolax, dijamin biji kopi langsung kaluar setengah asak..” lanjutnya. Kabarnya Podolski telah mempatenkan sistem penemuannya itu dengan nama paten 'W&P system' atau 'Wewelskeun & Podolskeun system’.