Kamis, 24 Februari 2011

Strategi klasik menjadi kunci kemenangan Belanda


Partai perempat final yang antara Brazil melawan Belanda yang berlangsung tadi malam berakhir dengan kemenangan Belanda dengan skor 2-1. Pertandingan berlangsung seru dan menegangkan. Pemain kedua tim bermain sataker-kebek untuk memenangkan pertandingan. Saking sataker-kebeknya pertandingan pun berjalan keras hingga wasit menghadiahi banyak kartu kuning juga satu kartu merah. Hal ini membuat para pemain banyak melakukan protes keras mengapa mereka dihadiahi kartu. Apa karena wasitnya pedit-pelit-cedit-koret-kopet-keked mengkene-dan buntut kasiran kah hingga tak mampu menghadiahi mereka sekedar rantang atau baskom seperti yang sering mereka dapat di acara arisan RT? Padahal dalam pertandingan yang bertempo keras seperti itu silih badug adalah hal yang wajar. Yang tidak wajar adalah jika wasit pun ikutan silih badug sama hakim garis, apalagi silih badug jeung tiang gawang mah.

Kedua tim memulai pertandingan dengan tempo cepat. Brazil melakukan inisiatif menyerang lebih dulu. Ini menjadi bukti kalau para pemain Brazil dulu sewaktu SD-nya pada wanteran – tidak malu kalau ibu guru menyuruh nyanyi maju di depan kelas satu per satu. Biarpun lagu yang dipilih kalau tidak Garuda Pancasila, pasti lagu Halow-Halow Bandung. Brazil berhasil unggul terlebih dahulu melalui gol Robinho yang berhasil memanfaatkan umpan terobosan yang akurat dari Felipe Melo. Setelah itu praktis permainan dikuasai Brazil hingga babak pertama berakhir. Banyak peluang-peluang tercipta namun gagal dimanfaatkan Robinho, Fabiano, dan Kaka. Situasi ini membuat Carlos Dunga - pelatih Brazil yang kerap dipanggil Kang Udung ini uring-uringan. Mengapa Kang Udung uring-uringan? Karena Kang Udung tidak bisa irung-irungan. Jika Kang Udung bisa irung-irungan maka tak ada bedanya dia dengan Michael Jackson. Hanya pemain bola yang bisa melakukan teknik tendangan kumaha irung. Artis seperti Michael Jakcson tidak akan bisa, apalagi Sule sama Yati Pesek, dijamin tendangannya tidak akan keras dan terarah kalau mengumpan bola-bola panjang pakai teknik kumaha irung . Situasi ini akhirnya berimbas pula ke lapangan. Para pemain Brazil terlihat tak mampu mengendalikan emosi sehingga sering uring-uringan di lapangan. Robinho uring-uringan, demikian pula Fabiano, Melo, Bastos, Gilberto, dan Alves , selalu terlihat morang-maring jika ada keputusan wasit yang dianggap tidak fair.

Situasi ini dapat dibaca oleh pelatih Belanda, Bert Van Marwijk. Pelatih kelahiran Belanda namun dibesarkan di Bale Endah ini memang pintar. Van Marwijk bilang, “Ingin pintar seperti saya ? Rajin berlatih, dan makan sosis setiap hari..” Di babak kedua Van Marwijk mengubah pola permainan menjadi lebih ofensif. Setelah ofensif, tensi pertandingan pun semakin memanas. Ini karena strategi ofensif. Kalau ingin lebih memanas lagi maka harus dipilih strategi katelsif, karena katel bisa lebih cepat panas daripada oven. Apalagi kalau dipanaskannya di hawu sambil siduru. Situasi yang memanas di tim Brazil berhasil diendus Van Marwijk. Ia langsung menerapkan strategi klasik yang selalu membuat Belanda berjaya yaitu melakukan taktik adu domba. Dengan taktik adu domba terbukti Belanda selalu sulit dikalahkan. Jangankan oleh pemain Brazil yang hanya berkekuatan 11 orang, oleh pasukan Pangeran Diponegoro yang berjumlah ribuan pun Belanda sulit dikalahkan. Van Marwijk segera menugaskan Arjen Robben untuk menghancurkan konsentrasi lawan dengan cara mengadu domba antar pemain Brazil. Sebenarnya ada sosok yang lebih tepat untuk memerankan tugas mengadu domba, yaitu Rudi Wowor yang selalu kebagian peran tokoh antagonis menjadi komandan Kompeni di film-film perjuangan. Namun berhubung jadwal syuting sinetronnya padat akhirnya pilihan jatuh pada Robben. Rudi Wowor menyatakan menyesal tidak bisa hadir di lapangan karena dia sedang kejar tayang menyelesaikan syuting sinetron perjuangan untuk diputar Agustus nanti . “Haan der eull zeem koorinjg aaya pamengaankeen. Hajaang maag hajaang. zaanessen waaktozeen pangeenteen jaa”(artinya kurang lebih : handeueul sim kuring aya pamengan. Hayang mah hayang. Sanes waktos wae panginten nya). Van Marwijk pun menyiapkan strategi lain jika cara ini tidak berhasil. “Jika taktik adu domba tidak berhasil dan kami sudah terdesak, maka saya akan memakai taktik lain yaitu dengan cara berunding di meja perundingan. Hanya saja belum ditentukan dimana tempatnya. Apakah di Linggarjati atau di konfrensi meja bundar seperti dulu. Tergantung kesanggupan tukang mebel, seberapa cepat dia bisa membuat meja bundar pesanan kami”, jelasnya. “ Saya hanya melanjutkan taktik yang sering dilakukan oleh leluhur saya yaitu Van Den Bosch dan Van De Cock..” lanjut Van Marwijk lagi.

Namun Arjen Robben berhasil melakukan tugasnya dengan baik. Di lapangan tugasnya hanya mengadu domba. Dari mengadu domba pemain Brazil sampai wasit pun diajak ngadu domba. Tetapi wasit menolak karena dia tak punya domba adu yang bagus. Wasit tetap bergeming pada keputusannya meski dia ditawari “Si Tyson” domba adu asal Cilawu Garut yang sudah berhasil memenangkan banyak kejuaraan.”Ridu ngurusnya, kebayang tiap hari saya harus ngarit ngala jukut buat parab domba. Apalagi tanduk domba adu harus selalu digosok tiap hari pakai Brasso biar selalu kinclong. Ditambah lagi tiap hari harus menyediakan suplemen ramuan tambahan yang terdiri dari telor ayam kampung dioplos sama telor bebek, madu royal honey, panax ginseng, susu kuda liar, dan dua setrip Pil Kita. Bisa bobol anggaran keuangan sayah..” ujar wasit sambil bersiap-siap mengeluarkan kartu kuning karena sudah kesal sama Arjen Robben yang terus menerus menawarinya domba. Namun Robben tidak berputus asa. Upaya Robben mulai menemukan titik terang setelah berhasil mengadu domba Felipe Melo dan penjaga gawang Brazil, Julio Cesar. Melo yang punya domba adu bernama “Si Bruce Lee” merasa gusar setelah dibilang Robben bahwa domba adunya akan keok jika diadu sama domba adu milik Julio Cesar yang bernama “Chuck Norris”. Melo meradang karena merasa tidak ada sejarahnya Bruce Lee kalah sama Chuck Norris. Akibatnya kedua pemain ini terlibat adu mulut di lapangan yang berujung gol bunuh diri Melo ke gawang Julio Cesar. Hasilnya telah sama-sama kita ketahui. Brazil kalah dan tersingkir dari Piala Dunia. Karena kegagalan ini ,Kang Udung pun memutuskan untuk menjadi bandar domba.

Ikuti terus ulasan Piala Dunia 2010 hanya di “Mikiran Yayat”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar