Kamis, 24 Februari 2011

Mikiran Yayat edisi Piala Dunia: Mengintip persiapan tim-tim unggulan


Untuk menjadi kampiun di ajang bergengsih seperti Piala dunia yang keras dan ketat tentu semua tim harus mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya. Demikian pula dengan tim – tim yang dijagokan akan berjaya di event ini, mereka tidak mau kehilangan muka dan pulang mengangkut koper dan tolombong lebih awal ke negaranya dengan status pecundang. Bisa anda bayangkan jika mereka kehilangan muka, pasti bakal siga jurig muka dempak yang malem jumat pahing suka ngaliwat di kebon-kebon awi. Begitu pula bisa anda bayangkan kalau mereka pulang sambil ngangkut tolombong. Tentunya akan tampak seperti rombongan tukang kindeuw ..

Oleh karena itu setiap pelatih mempunyai racikan khusus untuk meramu timnya tampil trengginas di lapangan. Selain trengginas mereka juga harus tampil trenggiling (artinya mun aya nu ngahalangan kudu ditengkas tepi ka tiguling – red). Para pelatih mempunyai program latihan khusus untuk mempersiapkan pasukannya agar tampil jagjag waringkas – siap tempur dan pasti jreknong di lapangan. Sebagaimana halnya rahasia ramuan madura, bukan rahasia lagi kalau para pelatih sering merahasiakan rapat-rapat ramuan latihan yang diraciknya untuk membentuk tim tangguh. Hal ini sangatlah wajar, agar taktik dan strateginya di lapangan tidak terbaca oleh tim lawan, terlebih oleh pelatih lawan yang sudah pintar membaca karena lulus ujian kejar paket A.

Namun anda tidak perlu khawatir. Bukan Mikiran Yayat namanya kalau tidak berhasil mengungkap rahasia di balik racikan strategi para pelatih ternama itu. Wartawan kami berhasil melakukan in-ves-ti-ga-si (diucapkan dengan nada selekoh host acara gosip di tipi yang heboh teu puguh itu..). Bagaimana para pelatih top itu membangun timnya? akan kami ungkap rahasia itu untuk anda

Spanyol terapkan latihan lumpat ngabret

Sebagai juara Eropa dan peringkat 2 FIFA Spanyol merupakan salah satu kandidat terkuat juara piala dunia. Torehan angka sempurna dari menangkan seluruh pertandingan tanpa seri dan kalah di babak kualifikasi sudah menunjukan kualitas tim yang cukup asupan empat sehat lima sempurna dan rajin ke posyandu. Pelatih Spanyol Vicente Del Bosque membuktikan kalau dia melatih tidak hanya bermodal kumis baplang ala tuan Baron Araruna yang suka mengurung Justo di kandang kuda. Tapi metoda latihan yang diterapkannya sangat sesuai dengan tradisi Spanyol dan itulah yang membuat timnya menjadi begitu tangguh. Untuk meningkatkan kecepatan, Del Bosque menerapkan latihan khusus yaitu 'de metodano ill lumpatos ngabretto diudago bantengas edanista” atau terjemahan bebasnya yaitu 'metoda latihan lumpat ngabret diudag ku banteng edan'. Metoda latihannya pemain diwajibkan lari sekencang-kencangnya dan menghindar serudukan banteng ngamuk seperti yang biasa kita lihat di arena matador. Hasilnya kecepatan pemain Spanyol selalu diatas rata-rata pemain tim lainnya. Selain speed, kecepatan reaksi pemain spanyol pun bertambah baik karena terbiasa ngagilek untuk menghindar waktu disuruduk banteng. Tentu kemampuan ini akan berguna untuk menghindari terjangan sleding tekel lawan yang bisa mengakibatkan pemain cedera.
Namun Del Bosque mengeluhkan tak lama lagi metode ini tak bisa digunakan lagi akibat semakin menyusutnya jumlah banteng di spanyol.
“Sulit mencari banteng di sini karena habis dipakai di arena matador” ujarnya pada wartawan Mikiran Yayat. Sebagai penggantinya Del Bosque pun mengimpor munding dari Pameungpeuk Garut.
“Kebetulan saya kenal Haji Ojo peternak munding dari Pameungpeuk, beliau sanggup menyediakan munding yang kami butuhkan” ujar Del Bosque lagi. Ketika ditanyakan bagaimana kualitas munding Pameungpeuk apakah bisa membuat pemain lari terbirit-birit? Del Bosque menjawab,
“Tinggal dibalur Afitson di bagian tertentu dijamin mundingnya sudah cukup edanlah..” jawabnya sambil mengakhiri pembicaraan

Tim Jerman latihan fisik di tanjakan emen

Berbeda dengan Spanyol yang mengandalkan kecepatan, tim Jerman yang terkenal dengan sebutan tim panser justru mengandalkan daya tahan dengan menerapkan latihan peningkatan endurance. Pelatih Jerman, Joachim Loew (yang lebih dikenal dengan sebutan Kang Ocim) memilih tanjakan emen di Subang sebagai pusat berlatih timnya. Alasan pemilihan tanjakan emen karena tanjakannya panjang dan konstan juga ditakuti oleh supir dan kenek truk pengangkut ganas dari Subang. Diharapkan dengan berlatih disini para pemainnya pun ikut menjadi ganas. Selain itu Kang Ocim kenal baik dengan Indra Tohir eks pelatih Persib karena sama-sama hobi nguseup. Indra Tohir dikenal suka membawa pasukan Persib berlatih di Subang.
Metoda latihan yang diterapkannya adalah mewajibkan para pemain Jerman melahap tanjakan emen dengan sepeda mini bolak-balik sebanyak 100 kali sehari. Diharapkan dengan latihan ini V-O max dan endurance pemainnya akan meningkat tajam.
Sebagaimana Del Bosque, Kang Ocim pun merasakan ada kendala dengan metode latihan di tanjakan emen ini.
“Berlatih di tanjakan emen bagus buat daya tahan fisik, namun sayang latihan disini menghabiskan biaya yang mahal” ujarnya. Ketika dikorek lebih jauh tentang apa yang menyebabkan biaya latihan membengkak begitu tinggi, Kang Ocim menjawab;
“Setiap yang melewati tanjakan emen disyaratkan melempar sebatang rokok untuk susuguh ka penunggu tanjakan yang disinyalir bernama emen. Bayangkan, berapa banyak slop roko Ji Sam Su yang harus saya keluarkan untuk satu tim berjumlah 30 orang yang bolak-balik di tanjakan emen sebanyak 100 kali sehari? Bisa bangkrut tim sayah akibat susuguh ka jurig..” jawabnya dengan nada setengah frustasi sambil menghirup dalam-dalam roko kolobot jagongnya karena Ji Sam Su kesayangannya juga sudah habis dilempar di tanjakan emen. (karunya teuingg.....)

Selain mengintip persiapan tim Spanyol dan Jerman, Mikiran Yayat juga berusaha mengintip persiapan tim lainnya. Namun sayang mata wartawan kami keburu bintitan. Bisa anda bayangkan, mengintip dua tim saja sudah bintitan apalagi ngintip 32 tim? Bisa-bisa bintitan sagede bola boling...

Ikuti terus liputan Piala Dunia South Africa hanya di Mikiran Yayat..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar